Rabu, 23 November 2011

Ketika Rel Itu Berbelok 

 Oleh ; Adi Ngadiman,S.Pd,MM.




SETIAP tahun, bangsa Indonesia dengan bangga memeringati Hari Sumpah Pemuda. Tahun ini merupakan ke-83 peringatan peristiwa monumental yang terjadi pada 28 Oktober 1928.
Sayangnya, sekarang peringatan itu hanya sebatas acara seremonial belaka. Sumpah tersebut hanya terkesan formalitas tanpa upaya menyelami esensi nyata momentum itu. Ironisnya ikrar mulia ini makin hari kian melenceng dari tujuan awal.
Satu contoh nyata yang bisa diambil adalah masalah otonomi daerah yang kini cenderung menimbulkan konflik, bahkan mengarah disintegrasi. Padahal, Sumpah Pemuda adalah upaya melahirkan identitas nasional Indonesia yang berpijak pada keanekaragaman suku bangsa ini. Namun, hal ini malah kontradiktif. Kecenderungan otonomi daerah kini justru membuat kesatuan bangsa
mulai terkotak-kotak karena masing-masing pihak berupaya menonjolkan primordialisme suku bangsa. Memang ini risiko perubahan politik yang kini menekankan aliran aspirasi bawah ke atas.
Sejumlah daerah terlalu bernafsu untuk memecahkan diri dari induk kabupaten maupun provinsi. Bila niat itu benar-benar untuk kepentingan pelayanan rakyat dapat dipahami, yang terjadi keinginan itu adalah nafsu para elite daerah ingin mendapat kekuasaan.
Jika gejala ini terus dibiarkan, dikhawatirkan yang terjadi justru kerusakan. Sebab, beberapa di antara daerah yang ingin mandiri itu terjadi konflik antarkelompok rakyat. Apalagi, beberapa pemerintah daerah baru terbukti belum dapat mandiri sepenuhnya karena masih sangat bergantung kepada pemerintah pusat terutama dalam hal anggaran.
Tengok pula dalam hal penggunaan bahasa persatuan. Bahasa Indonesia makin tergerus dengan penggunaan bahasa pergaulan. Mulai dari bahasa agan hingga bahasa kaum transgender.
Karena itu, sekarang waktu yang tepat untuk merajut kembali ikatan yang sudah sedemikian longgar. Caranya mengedepankan kepentingan nasional dan kembali memaknai esensi dasar nilai-nilai Sumpah Pemuda. Yang tidak kalah penting kita juga harus mampu mengendalikan kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah melenceng dari spirit dasar nasionalisme. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar