Senin, 14 November 2011


 Kotak kecil yang dapat memunculkan tayangan dan suara ini kerap disebut masyarakat dengan televisi. Ia telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Bahkan, tidak jatang apabila dalam satu rumah tangga terdapat lebih dari satu televisi. Sebagai sebuah kebutuhan pokok, menonton televisi banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Bahkan menurut penelitian terakhir, setidaknya 12 jam per hari masyarakat menghabiskan waktunya di depan layar televisi. Sehingga menurut Jalaluddin Rahmad, (Kang Jalal) televisi telah mampu mengubah atau mengatur pola hidup masyarakat.

Televisi selain sebagai media hiburan dan informasi juga dapat digunakan sebagai media pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Darwanto dalam buku ini. Hal ini dikarenakan,televisi mempunyai karakteristik tersendiri yang tidak bisa dimiliki oleh media massa lainnya. Karakteristik audio visual yang lebih dirasakan perannya dalam mempengaruhi khalayak, sehingga dapat dimanfaatkan oleh negara dalam menyukseskan pembangunan dalam bidang pendidikan melalui program televisi sebagai sarana pendukung.

Televisi menjadi media yang cukup efektif dalam menjalankan atau mensosialisasikan program pemerintah. Pemerintah yang ingin masyarakat melek huruf, dapat menggunakan televise sebagai media pembelajaran melalui program belajar bersama. Sebagaimana yang dahulu hingga sekarang ada di Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Lebih dari itu, keuntungan pemerintah menggunakan media televisi dalam mensosialisasikan programnya adalah mudah dan murahnya biaya operasional. Selain itu, tidak membutuhkan waktu lama. Pemerintah tinggal menggunakan atau memilih jam-jam tertentu dan saat itu pula masyarakat akan menontonnya. Hal ini seringkali dilakukan oleh Presiden Soeharto, saat memimpin Indonesia dengan Orde Barunya.

Dengan demikian, adanya televise tidak hanya menjadi modal utama dalam mewujudkan dan memperlancar program pemerintah dalam hal pendidikan dan pembangunan saja. Lebih dari itu, adanya televisi juga dapat dimanfaatkan sebagai ajang “mendekatkan diri” penguasa dan rakyatnya.

Dikarenakan televisi mempunyai banyak kelebihan dalam perkembangan selanjutnya ia dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku dan pola pikirnya. Namun, karena kelebihan tersebut, televisi juga dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Seperti, kematian seorang peserta didik di Jawa Barat beberapa bulan yang lalu. Karena sering melihat tayangan kekerasan ala smackdown dan sejenisnya banyak anak-anak meniru dan akhirnya menjurus kepada aktivitas yang melanggar hukum.

Tidak hanya itu, karena televise swasta sering menayangkan film bergenre horror yang dibungkus dengan balutan agama, banyak orang terkecoh dan bahkan terjerumus dalam kesesatan gaya baru. Banyak masyarakat terjebak oleh alur cerita yang dikemas sedemikian rupa, sehingga kemusyikan begitu menjadi sangat indah bahkan terkesan sebagai hal ibadah yang mendapatkan pahala.

Terjerumusnya masyarakat terhadap televisi dikarenakan media ini menggunakan komunikasi satu arah. Hal ini mengakibatkan penonton menjadi subyek penderita. Lebih lanjut, penontong dibuat pasif dan harus menerima apa yang ditayangkan oleh televise.

Dampak dari ini semua adalah, penonton tidak mampu memberontak terhadap apa yang disajikan. Penonton seperti dihipnotis, sehingga apa yang mereka lakukan tanpa sepengetahuan atau kontrol akal sehat. Dengan demikian, penonton menjadi malas dan tidak kreatif.

Maka kritik untuk buku yang ditulis oleh Darwanto ini adalah televisi yang ada sekarang lebih tidak mendidik daripada mendidiknya. Artinya, program acara yang disajikan televisi swasta pada umumnya adalah sama. Tidak jauh dari tema, percintaan anak muda (atau bahkan masih duduk di bangku SMA), mistik, horror, anak nakal vs anak baik dan seterusnya.

Pendapat Darwanto mengenai televisi sebagai media pendidikan adalah karena saat penelitiannya acara televisi dan stasiunnya masih terbatas. Hanya TVRI dan dua televise swasta (RCTI dan SCTV). Namun, walaupun demikian, buku ini dapat dijadikan momentum sejarah bahwa televisi dahulu mampu menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi bangsa Indonesia. Yaitu mampu menciptakan sebuah tatanan masyarakat baru dengan ragam acara yang menyuguhkan serangkaian materi yang mendukung dunia pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar